Garut, Jawa Barat – Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al-Umah yang berlokasi di Kampung Lampuyang, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, menghadapi tantangan serius. Institusi pendidikan non-formal ini mengaku sering menjadi sasaran pemberitaan negatif di media-media lokal setelah menolak permintaan uang dari sejumlah oknum yang mengaku sebagai wartawan.
Ketua PKBM Al-Umah, yang tidak mau disebutkan namanya, menceritakan bahwa beberapa orang datang dan mengklaim sebagai wartawan dari berbagai media. Mereka meminta sejumlah uang dengan dalih “bantuan” atau “dana kemitraan”. Ketika permintaan itu ditolak, PKBM Al-Umah mulai mendapati nama lembaganya muncul dalam berita-berita yang cenderung menyudutkan dan berisi informasi tidak benar.
“Kami heran, kami ini lembaga pendidikan yang kegiatannya jelas, mendidik masyarakat. Kenapa harus diperas? Kami tidak mau melayani hal-hal seperti itu. Kami lebih baik fokus pada kegiatan belajar mengajar,” ujarnya.
Pihak PKBM Al-Umah menduga, berita-berita negatif yang beredar merupakan bentuk balasan dari oknum-oknum yang merasa kecewa karena tidak mendapatkan uang. “Berita yang muncul selalu mencari-cari kesalahan kami. Misalnya, menyoroti masalah kecil yang sudah diselesaikan, atau memutarbalikkan fakta. Kami menduga ini adalah modus mereka untuk menekan kami agar mau memberikan uang,” tambahnya.
Fenomena pemerasan oleh oknum yang mengaku wartawan memang bukan hal baru. Banyak lembaga, baik pemerintah maupun swasta, sering menjadi korban. Praktik ini merusak citra profesi jurnalis yang seharusnya independen dan berintegritas.
Menanggapi hal ini, PKBM Al-Umah menyatakan tidak akan gentar dan tetap akan menempuh jalur hukum jika pemberitaan negatif yang menyudutkan terus berlanjut. Mereka juga mengimbau masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilah informasi dan tidak mudah percaya pada berita yang tidak memiliki sumber jelas dan kredibel.
“Kami akan terus bekerja dan berkarya untuk masyarakat. Kami berharap tidak ada lagi lembaga lain yang mengalami hal serupa. Kita harus berani melawan praktik-praktik pemerasan seperti ini,” tutupnya
Kasus pemerasan ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat untuk selalu waspada terhadap oknum yang mengatasnamakan profesi tertentu, termasuk wartawan, demi meraup keuntungan pribadi. Jurnalisme yang sejati adalah jurnalisme yang bertanggung jawab, independen, dan berpihak pada kebenaran, bukan alat untuk memeras atau menakut-nakuti